Sudut Pandang : Seruan Aksi Menolak Pengukuran Tanah dan Pengecaman Tindak represifitas Aparat Terhadap Warga Desa Wadas

Segenap Aliansi Solidaritas bergerak menyuarakan sikap menolak segala bentuk intimidasi, kekerasan, represi di dua titik aksi berbeda, Rabu (9/2/2022).

Desa wadas kembali menghadapi masalah baru, pada Selasa 8 Februari 2022 video konflik antara aparat gabungan dengan warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah sedang marak diperbincangkan. Konflik ini dilatarbelakangi oleh proyek pemerintah yang dirasa merugikan masyarakat setempat. Setelah pembangunan tambang yang merugikan masyarakat, warga Wadas mendapat ancaman dan tindak represi dari pihak kepolisian.

Selain ancaman dan tindak represi yang dilakukan pihak kepolisian, di kabarkan bahwa terdapat lebih dari 60 orang ditangkap dengan alasan yang tidak jelas. Pihak kepolisian juga melakukan pengepungan di Kawasan Desa Wadas. Hal tersebut membuat para jaringan solidaritas memanas, segenap aliansi solidaritas menolak dan melawan segala bentuk represifitas yang dilakukan pihak Kepolisian terhadap warga Desa Wadas.

Diketahui, warga yang ditangkap adalah mereka yang bersikeras menolak pembebasan lahan untuk penambangan andesit. Penambangan batu andesit di Desa Wadas pada awalnya bertujuan sebagai bahan bangunan bendungan bener di purworejo, tetapi para warga Desa Wadas menolak karena khawatir akan penambangan akan merusak sumber mata air dan sawah di Desa mereka. Lahan adalah sumber kehidupan bagi warga Desa Wadas dan ketika penambangan ini dilakukan akan menghilangkan penghidupan di Kawasan Wadas.

Pada hari ini, terlihat aliansi solidaritas wadas yang terdiri dari berbagai organisasi bersama-sama turun ke jalan untuk menyuarakan perlawanan. Massa aksi terlihat cukup banyak, dari berbagai aliansi turut serta meramaikan aksi kali ini, salah satunya adalah BEM KM UMY. Aksi kali ini dilakukan di dua titik berbeda, titik aksi pertama dilakukan di depan Polda DIY dan titik aksi kedua di depan BBWSO.

 Pada pukul 12.04 WIB massa aksi dengan semangat membara berjalan dari Radar Jogja yang di sepakati sebagai titik kumpul pertama menuju Polda DIY. Massa aksi tanpa henti menyanyikan “Bebaskan Wadas” di sepanjang perjalanan, aksi pada titik aksi pertama terpantau aman terkendali, pembacaan orasi politik oleh setiap aliansi berjalan dengan lancar. Setelah membacakan poin-poin tuntutan, massa aksi bersama-sama konvoi menuju titik aksi kedua yaitu BBWSO.

Pada pukul 13.51 WIB massa aksi tiba di BBWSO, tampak dari kejauhan BBWSO dijaga ketat oleh aparat kepolisian. Gerbang utama untuk akses masuk dijaga ketat dan tidak di buka, hal ini membuat massa aksi geram dan terus menyanyikan lagu “Buka Pintunya”, terlihat beberapa kali massa aksi berusaha memasuk paksa dengan cara mendorong gerbang utama yang tertutup rapat itu. Pada titik aksi kedua ini, bisa dikatakan semakin banyak aparat kepolisian yang berjaga di sekitar BBWSO, aksi tetap aman terkendali hingga akhir.

Aliansi menyampaikan tuntutan kepada pihak kepolisian dan Lembaga teknis pertambangan bantuan andesit, Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO), sebagai berikut :

  1. Pengehentian pengukuran dan rencana pertambangan di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
  2. Menarik aparat kepolisian dari Desa Wadas, serta menghentikan kriminalisasi dan intimidasi aparat terhadap warga Desa Wadas.
  3. Membebaskan warga Desa Wadas yang ditangkap paksa dengan alasan tidak jelas oleh Polresta Purworejo.

“Kita semua tahu, bahwa saudara-sudara kita di Wadas masih dalam bahaya. Petugas masih berjaga di berbagai titik hingga mendirikan tenda di desa Wadas. Aparat yang diterjunkan terdiri dari TNI-POLRI hingga satpol-pp dengan tujuan mengawal proses pengukuran lahan yang dilakukan oleh tim pengukuran dari BPN Purworejo berakhir kisruh. Aksi kepolisian di lokasi mengintimidasi warga Desa Wadas, sehingga bisa kita katakana bahwasannya aparat yang semestinya melindungi dan mengayomi rakyat justru faktanya mereka malah merepresi rakyat,” terang Ronald, dari BEM KM UMY.

            Sebagi pengawal demokrasi, BEM KM UMY bersama dengan aliansi solidaritas lainnya berikap tegas untuk menolak segala bentuk ancaman yang terjadi di Desa Wadas. “Kalau kita ketahui terkait moto gubernur Jawa Tengah Bapak Ganjar Pranowo yaitu, ‘tuanku ya rakyat, gubernur Cuma mandat’ tetapi pada kenyatannya justru berbanding terbalik. Permasalahan yang terjadi di Desa wadas terjadi dari tahun 2015 sampai detik ini bahkan belum bisa terselesaikan,” sambungnya.

Maka dari itu kita semua perlu merapatkan lagi barisan untuk turut andil dalam memperjuangkan HAK warga Wadas, sebagai bentuk solidaritas kita untuk saudara kita di Wadas. Kita bersama-sama melawan dan mengecam segala bentuk penindasan yang dialami oleh warga Wadas.